Kamis, 07 Mei 2015

tanda sayang yang berbeda

Kebencian adalah tanda sayang yang berbeda.
Ketika seorang anak membenci kehidupannya. Bukan berarti dia tak punya semangat hidup. Tetapi anak itu hanya mencoba membuktikan keadilan untuk dirinya.
Kebencian selalu memiliki alasan. Bukan hanya sekedar muncul begitu saja.

Anak ini memulai masa awal keremajaannya dengan kesedihan. Berawal dari sini, dia membenci kehidupannya. Harus melewati masa ketika ibu yang mencintainya dan setiap hari memberikan masakan enak untuknya terbaring lemah di kasur dengan wajah lelah penuh kesakitan. Ibunya yang selalu aktif dan ceria seperti anak ini dulu, malah terikat dengan suntikan yang menusuk tangannya seharian, setiap hari.
Anak ini sempat merasa ‘kuat’ dan tak membenci kehidupannya. Karena dulu kehidupannya begitu membahagiakannya. Memiliki ibu dan ayah yang menyayanginya, mengasihinya, serta adiknya yang selalu mewarnai hidupnya bersama-sama dalam rumah dan keadaan keluarga menengah keatas dengan segala kecukupannya. Anak ini merasakan sebagai anak yang paling bahagia didunia ini. Ya, bahagia sekali, namun hal itu sebelum keadaan berubah menjadi kesedihan.
Waktu memakan kebahagiaan anak ini, ibunya meninggalkan dirinya dengan cara yang indah. Hari itu adalah hari ke 20 ayah ibunya dalam masa 11 tahun pernikahan mereka. Anak ini sempat tak menyangka bahkan merasakan kebingungan mencari makna apa itu kematian. Tapi ayahnya yang menyayanginya juga selalu mendampinginya dan adiknya.
Ayahnya membawa anak-anaknya mengunjungi beberapa tempat baru. Mencoba menghibur dan membuka mata anak-anaknya untuk percaya kehidupan mereka masih bisa berlanjut tanpa ibunya disisinya. Bukan, bukan berarti melupakan ibunya, tapi untuk menghapus kesedihan.
Waktu berjalan melewati bulan demi bulan, kini ayahnya mengenalkan sosok yang dapat menjadi teman berbagi dan cerita untuk anak-anaknya, bukan hanya dikenalkan empat perawat seperti pada masa awal kesedihan mereka, tapi kini hanya satu orang. Anak ini bertanya “siapakah dia ayah?” ayahnya hanya menjawab dengan penuh pengertian dan meyakinkan bahwa orang itu yang dapat membawa kebahagiaan baru dalam lembaran keluarga mereka selanjutnya.
Anak ini dan adiknya sudah merasa cukup dengan 5 orang yang membantunya. Anak ini dan adiknya memiliki satu perawat yang membantu keperluan sehari-harinya, satu pengantar, satu juru masak dan satu manajer dalam rumahnya. Walau orang-orang ini sudah dikenalkan sejak ibunya masih sakit namun sejak kepergian ibunya orang-orang ini intensif menjaga anak-anak dan membantu segalanya. Walau tidak dengan pemberian kasih sayang.
Karena tak lama kemudian, kesibukan ayahnya meningkat, terkadang anak ini merasa “kemana ayah?” anak ini harus segera dewasa sebelum usianya yang baru 10 tahun, anak ini harus bisa memberikan pengertian dan perhatian untuk adiknya yang masih lebih kecil darinya. Bagaimanapun anak ini merasa sebagai kakak harus dapat mengarahkan.
Perkenalan itupun datang. Anak-anak dikenalkan dengan seorang wanita muda yang baik hati dan ramah. Awalnya penuh pertimbangan, siapa orang itu, karena bagi anak ini ayahnya sudah beberapa kali mengenalkan teman kerjanya, terutama teman kerja wanita. Tapi, kali ini berbeda, suasananya seperti ada suatu tujuan. Pikir anak ini untuk bertanya pada perawatnya. Ya, jawaban itu ada, perawat menjelaskan bahwa itu yang akan menjadi ibu mereka nanti, karena tak selamanya perawat bisa membantu mereka hingga besar nanti. Anak ini mengerti. Ya, memahami itu anak ini mulai untuk mengenal lebih dekat dengan orang itu.
Singkat cerita, semua semakin didepan mata anak ini. Pernikahan ayahnya didepan mata. Anak ini merasa nyaman dan tenang bila bersama wanita ini. Kebaikan dan rasa sayangnya memang jelas ditunjukkan kepada anak ini dan adiknya. Beruntung sekali mereka memiliki orang-orang yang menyayangi mereka.
Pernikahan diselenggarakan dengan indah dan mewah. Mengundang hampir banyak orang dikotanya. Karena memang ayahnya bukan sekedar orang biasa dan calon ibunya pun bukan dari keluarga biasa. Untung mereka bertemu dan mencoba menjadi keluarga indah yang baru untuk masa depan.
Kini, kesedihan keluarganya sudah dibalut indah dan lengkap kembali dengan lembaran baru. Namun tak berarti melupakan ibunya yang telah pergi, mereka sesekali mengunjungi makam ibunya hanya sekedar berdoa dan menaburkan bunga. Sungguh bahagia kembali untuk anak ini dan keluarganya.
Perjalanan keluarga yang indah seperti dulu, masakan, family time, liburan, dan kegiatan wajar keluarga dilakukan tanpa ada yang terlewat. Tawa canda bahagia selalu terisi dalam hari-hari keluarga ini.
Usia dimakan waktu, walau musim belum berganti banyak, seketika ayah dan ibu tirinya lebih sering berbicara hanya berdua dalam kamar tertutup. Terdengar sayup-sayup ucapan keras dari kamar orangtua anak ini. Anak ini tak pernah mendengar seperti itu. Keadaan kadang menganehkan, mereka keluar seperti biasa lagi, tapi kadang tak seperti dulu. Ada apa dengan kebahagiaan ini, pikir anak ini.
Liburan memang tak terlewatkan dan selalu berakhir bahagia penuh kenangan indah. Tapi kali ini ada yang berbeda, kesibukan ayahnya membawa terpotongnya akhir bahagia itu. Pulang lebih awal pada liburan, dan hanya ada anak ini, adiknya, dan ibu tirinya. Tak sadar, tak tahu bagaimana, tak tahu apa, anak ini melihat ibu tirinya membawa tas bepergian dan keluar dari rumah. Meninggalkan anak ini dan adiknya.
"Tuhan, ada apa ini.. apa kau ambil kembali kebahagiaanku dan hidupku yang kau tata indah kembali?
Apa kebencian hidup harus ku rasakan kembali?
Aku menyayangi hidupku.. walau dalam bentuk yang selalu berbeda dan berubah." pikir anak ini.