Sahabat yang selalu ada untuk kita dikala kita sedih
maupun senang, dikala semua menjauh hanya sahabat yang mendekat dan dikala kita
menangis sahabat mampu membuat kesedihan menjadi senyuman ketegaran.
Naomi, gadis
yang selalu bercerita tentang kehidupan dirinya kepada sahabat dekatnya,
Ishida. Naomi dan Ishida sudah berteman sejak mereka duduk di kelas 1 sekolah
menengah pertama. Di kelas, mereka duduk di kursi yang bersebelahan, mereka
belajar bersama, bermain bersama, dan hampir begitu setiap harinya. Naomi
menganggap Ishida bukan hanya sahabatnya tetapi sebagai kakak yang selalu
membuat dia merasa telindungi oleh perhatian dan seluruh sikap Ishida.
“Ya udah mi,
kamu jangan sedih gitu dong, aku udah bilang kan, jangan sedih gitu! Meskipun
nilai kamu jelek seperti itu karena salah kamu yang selalu “twitter-an” mulu
tiap hari bahkan sampai saat makan. Terima akibatnya deh nih.” Ujar Ishida saat
menenangkan Naomi yang menangis semenjak pulang sekolah tadi.
“Iya bawel, aku
tau kok, makanya aku nyesel banget nih.” Jawab Naomi dengan suara yang serak
karena masih saja menangis.
“Sampai kapan
kamu akan menangisi semuanya Naomi? Nih
minum dulu, supaya tangisan kamu ga terus-terusan buat aku pusing nih.” Ishida
memberikan segelas air putih kepada Naomi dan melanjutkan ocehannya, “Agar kamu
tidak sedih lagi, lebih baik sekarang kita jalan-jalan, terus kita lihat
novel-novel baru di toko buku. Setuju?”
“Oke! Kita pergi
sekarang.” Naomi langsung bersemangat dengan ajakan Ishida. Seharian itu Naomi
memang benar-benar melepaskan rasa sedihnya sampai dirinya kembali tertawa dan
tersenyum kembali.
***
Saat hari sudah
gelap dan jam tangan digital Naomi menggambarkan angka 18:45. Dirinya sudah
sampai dirumah dan langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ia sudah kembali
riang seperti biasanya.
Sesaat dia
menghapus senyumnya dan mengerutkan kening. Suasana dirumahnya sangat sepi
bahkan gelap, masih banyak lampu yang belum dinyalakan di setiap sudut rumah
padahal hari sudah malam. Ia heran dengan keadaan yang terjadi karena tidak
seperti biasanya keluarga Naomi pulang lebih dari waktu magrib apa lagi tidak
mengabarkan dirinya dahulu.
Tanpa berpikir
panjang, dia langsung mengeluarkan handphone-nya dan menekan nomor kontak seseorang. Suara
tanda tersambung sudah terdengar dan tiba-tiba, “Assalamualaikum?” suara itu
berasal dari speaker handphone Naomi.
“Walaikumsalam.
Halo? Mama? Kenapa belum pulang mah? Mama papa dimana?” pertanyaan Naomi begitu
banyak akan suasana sepi dirumahnya.
“Iya iya sayang
maaf ya mama papa sama adik-adikmu lagi ke rumah tante Fiska dulu sayang. Nanti
jam 9 juga pulang kok.”
“Yaaaaaah mama
kok ga ngajak kaka sih? Kaka jadi sendiri dirumah. Ya sudah deh kaka jaga rumah
aja, kaka capek, jadi sepertinya tidak akan menyusul mama dan lainnya kesana.
Ya mah?”
“Iya sayang.”
Klik. Telepon
dimatikan. Sepi menyergapi seluruh ruangan, tapi rasa lelahnya pun tidak
mengalahkan menyergap seluruh jiwa dan raga Naomi. Setelah menyalakan semua
lampu dirumah dan menutup jendela, Naomi langsung masuk ke kamarnya dan ingin
segera tidur.
“aaaaaaaaaaaaaa
ternyata hari ini cukup melelahkan.”
Setelah
bersiap-siap untuk tidur, dia menyalakan handphone-nya untuk mendengarkan
lagu-lagu favoritnya. Suara dari handphone-nya itu terdengar cukup kencang,
banyak lagu yang sudah terputar melalui gadget-nya itu. Namun tiba-tiba
handphone-nya mati, dia terkejut, dan melihat ternyata baterai handphone-nya
mati.
Saat dia akan
mengisi baterai handphone-nya, tanpa ia duga semua ruangan mati, semua gelap
dan tidak terlihat.
“Oh sial, kenapa
harus mati lampu sih lagi home alone gini.”
Perasaan takut
menghampirinya, apa yang harus dia lakukan sekarang, terakhir ia melihat jam
dinding di kamarnya pukul 20.30 dan itu berarti masih satu jam ia harus
menunggu keluarganya datang.
“Ah sebentar
lagi juga mereka pulang, sebaiknya aku lebih bersabar menunggu mereka.”
Beberapa menit
ia menunggu ia hanya bisa diam sambil memeluk kakinya sendiri duduk di atas
kasurnya. Kamarnya begitu gelap dan membuat dia merasa mulai bosan dan kesal
menunggu.
“Lama banget deh
mereka ini. Apa mereka ga ingat ke aku?” gerutu Naomi tidak henti.
Naomi terus
menunggu sampai akhirnya ia tertidur. Sesaat ia bangun, ternyata lampunya sudah
menyala dan ia bergegas melihat jam, ternyata sudah pukul 11 malam. Dirinya
langsung keluar kamar untuk mencari apa keluarganya sudah dirumah atau belum.
Ternyata rumah masih terlihat sepi seperti sore tadi.
“Ya ampun,
bener-bener deh mereka jam segini belum pulang. Apa mereka menginap? Ah tidak,
aku tidak mau sendirian dirumah.”
Tanpa berpikir
lama, dia langsung mencoba untuk menelpon orang tuanya namun tidak berhasil. Akhirnya
dia mencoba menunggu di ruang keluarga sambil menonton tv.
Jarum jam
diruangan itu sudah menunjukan
pukul 11 lewat 40 menit, tapi
keluarganya tak kunjung pulang atau memberinya kabar. Naomi merasa kesal dan
semakin kesal akan kejadian malam ini.
***
Tut.
Semua lampu dan
sambungan listrik mati. Naomi merasa kekesalannya sudah mulai memuncak. Ia
mulai marah-marah sendiri dan kesedihan terasa menyarang di benaknya. Dia
berpikir semua orang tidak peduli padanya.
Sesaat lampu
menyala dan terdengar suara.
“Kejutaaaaaaaaaaan!!
Selamat ulang tahun Naomi sayang, maaf papa dan mama membuatmu kesal, kami
tidak bermaksud jahat tetapi kami ingin memberimu kejutan ini sayang.” Ujar
papa Naomi
“Naomiiiiiii,
selamat ulang tahun sahabatku.” Ishida mengucapkan selamat kepada Naomi dan
langsung memeluknya erat. “Semoga kamu semakin bisa dewasa ya cantik.” Lanjut
Ishida.
“Terima kasih ya
pah, mah, Ishida, dan teman-teman. Kalian baik banget ke aku. Aku sayang
kalian.”
Suasana rumah
saat itu berubah dratis menjadi ramai dan penuh canda tawa. Naomi pun merasa
sangat bahagia dengan kejadian malam itu membuat kesan yang istimewa. Naomi
bersyukur memiliki keluarga dan sahabat yang peduli kepadanya. Seandainya tuhan
mengambil semua yang di milikinya itu entah apa yang akan dia lakukan selain
menangis. Naomi sayang sekali kepada mereka.
***
Acara malam itu
selesai, teman-teman Naomi pulang, sedangkan Ishida berencana menginap dirumah
Naomi malam ini.
Betapa
bahagianya hari itu setelah mendapatkan kejutan dari keluarganya dan teman-temannya
itu.
“Ishida makasih
ya kamu udah ikut ngasih kejutan. Aku bakalan ga nyangka bakal kayak gini,
soalnya aku aja lupa nih sama ulang tahun aku.” Ujar Naomi sambil terkekeh
mengingat kejadian tadi.
“Iya, aku seneng
lihat kamu bisa tertawa dan senyum bebas lagi. Aku ga mau liat kamu nangis
kayak tadi siang lagi ya dan kamu harus bisa berubah lebih baik lagi ya Naomi.”
Jawab Ishida
“Iya dong”
“udah ah, kita
tidur sekarang. Besok kan hari sabtu, jadi kita weekend-an terus kamu traktir aku. Setuju yah?”
“Baiklah.” Jawab
Ishida, lalu dia langsung bersiap tidur.
Malam itu
menjadi sangat bermakna bagi Naomi yang sudah menginjak 14 tahun. Semua itu
tidak akan dilupakannya begitu saja.
“Naomi sayang
mama, papa, keluarga, dan Ishida.” gumam Naomi sebelum dirinya pejamkan mata.