Kebencian adalah
tanda sayang yang berbeda.
Ketika seorang
anak membenci kehidupannya. Bukan berarti dia tak punya semangat hidup. Tetapi anak
itu hanya mencoba membuktikan keadilan untuk dirinya.
Kebencian selalu
memiliki alasan. Bukan hanya sekedar muncul begitu saja.
Anak ini memulai
masa awal keremajaannya dengan kesedihan. Berawal dari sini, dia membenci
kehidupannya. Harus melewati masa ketika ibu yang mencintainya dan setiap hari
memberikan masakan enak untuknya terbaring lemah di kasur dengan wajah lelah
penuh kesakitan. Ibunya yang selalu aktif dan ceria seperti anak ini dulu,
malah terikat dengan suntikan yang menusuk tangannya seharian, setiap hari.
Anak ini sempat
merasa ‘kuat’ dan tak membenci kehidupannya. Karena dulu kehidupannya begitu
membahagiakannya. Memiliki ibu dan ayah yang menyayanginya, mengasihinya, serta
adiknya yang selalu mewarnai hidupnya bersama-sama dalam rumah dan keadaan
keluarga menengah keatas dengan segala kecukupannya. Anak ini merasakan sebagai
anak yang paling bahagia didunia ini. Ya, bahagia sekali, namun hal itu sebelum
keadaan berubah menjadi kesedihan.
Waktu memakan
kebahagiaan anak ini, ibunya meninggalkan dirinya dengan cara yang indah. Hari itu
adalah hari ke 20 ayah ibunya dalam masa 11 tahun pernikahan mereka. Anak ini
sempat tak menyangka bahkan merasakan kebingungan mencari makna apa itu
kematian. Tapi ayahnya yang menyayanginya juga selalu mendampinginya dan
adiknya.
Ayahnya membawa
anak-anaknya mengunjungi beberapa tempat baru. Mencoba menghibur dan membuka
mata anak-anaknya untuk percaya kehidupan mereka masih bisa berlanjut tanpa
ibunya disisinya. Bukan, bukan berarti melupakan ibunya, tapi untuk menghapus
kesedihan.
Waktu berjalan
melewati bulan demi bulan, kini ayahnya mengenalkan sosok yang dapat menjadi
teman berbagi dan cerita untuk anak-anaknya, bukan hanya dikenalkan empat perawat
seperti pada masa awal kesedihan mereka, tapi kini hanya satu orang. Anak ini
bertanya “siapakah dia ayah?” ayahnya hanya menjawab dengan penuh pengertian
dan meyakinkan bahwa orang itu yang dapat membawa kebahagiaan baru dalam
lembaran keluarga mereka selanjutnya.
Anak ini dan
adiknya sudah merasa cukup dengan 5 orang yang membantunya. Anak ini dan adiknya
memiliki satu perawat yang membantu keperluan sehari-harinya, satu pengantar,
satu juru masak dan satu manajer dalam rumahnya. Walau orang-orang ini sudah
dikenalkan sejak ibunya masih sakit namun sejak kepergian ibunya orang-orang
ini intensif menjaga anak-anak dan membantu segalanya. Walau tidak dengan
pemberian kasih sayang.
Karena tak lama
kemudian, kesibukan ayahnya meningkat, terkadang anak ini merasa “kemana ayah?”
anak ini harus segera dewasa sebelum usianya yang baru 10 tahun, anak ini harus
bisa memberikan pengertian dan perhatian untuk adiknya yang masih lebih kecil
darinya. Bagaimanapun anak ini merasa sebagai kakak harus dapat mengarahkan.
Perkenalan itupun
datang. Anak-anak dikenalkan dengan seorang wanita muda yang baik hati dan ramah.
Awalnya penuh pertimbangan, siapa orang itu, karena bagi anak ini ayahnya sudah
beberapa kali mengenalkan teman kerjanya, terutama teman kerja wanita. Tapi,
kali ini berbeda, suasananya seperti ada suatu tujuan. Pikir anak ini untuk
bertanya pada perawatnya. Ya, jawaban itu ada, perawat menjelaskan bahwa itu
yang akan menjadi ibu mereka nanti, karena tak selamanya perawat bisa membantu
mereka hingga besar nanti. Anak ini mengerti. Ya, memahami itu anak ini mulai
untuk mengenal lebih dekat dengan orang itu.
Singkat cerita,
semua semakin didepan mata anak ini. Pernikahan ayahnya didepan mata. Anak ini
merasa nyaman dan tenang bila bersama wanita ini. Kebaikan dan rasa sayangnya
memang jelas ditunjukkan kepada anak ini dan adiknya. Beruntung sekali mereka
memiliki orang-orang yang menyayangi mereka.
Pernikahan diselenggarakan
dengan indah dan mewah. Mengundang hampir banyak orang dikotanya. Karena memang
ayahnya bukan sekedar orang biasa dan calon ibunya pun bukan dari keluarga
biasa. Untung mereka bertemu dan mencoba menjadi keluarga indah yang baru untuk
masa depan.
Kini, kesedihan
keluarganya sudah dibalut indah dan lengkap kembali dengan lembaran baru. Namun
tak berarti melupakan ibunya yang telah pergi, mereka sesekali mengunjungi makam
ibunya hanya sekedar berdoa dan menaburkan bunga. Sungguh bahagia kembali untuk
anak ini dan keluarganya.
Perjalanan keluarga
yang indah seperti dulu, masakan, family time, liburan, dan kegiatan wajar
keluarga dilakukan tanpa ada yang terlewat. Tawa canda bahagia selalu terisi
dalam hari-hari keluarga ini.
Usia dimakan
waktu, walau musim belum berganti banyak, seketika ayah dan ibu tirinya lebih sering
berbicara hanya berdua dalam kamar tertutup. Terdengar sayup-sayup ucapan keras
dari kamar orangtua anak ini. Anak ini tak pernah mendengar seperti itu. Keadaan
kadang menganehkan, mereka keluar seperti biasa lagi, tapi kadang tak seperti
dulu. Ada apa dengan kebahagiaan ini, pikir anak ini.
Liburan memang
tak terlewatkan dan selalu berakhir bahagia penuh kenangan indah. Tapi kali ini
ada yang berbeda, kesibukan ayahnya membawa terpotongnya akhir bahagia itu. Pulang
lebih awal pada liburan, dan hanya ada anak ini, adiknya, dan ibu tirinya. Tak sadar,
tak tahu bagaimana, tak tahu apa, anak ini melihat ibu tirinya membawa tas
bepergian dan keluar dari rumah. Meninggalkan anak ini dan adiknya.
"Tuhan, ada apa
ini.. apa kau ambil kembali kebahagiaanku dan hidupku yang kau tata indah
kembali?
Apa kebencian
hidup harus ku rasakan kembali?
Aku menyayangi
hidupku.. walau dalam bentuk yang selalu berbeda dan berubah." pikir anak ini.