by Cynthia Devni
Sesaat aku
tidak menyadari, bahwa dia akan menjadi seseorang dalam hidupku.
Waktu
itu berjalan cepat sekali, waktu tidak pernah merangkak, bagiku waktu berlari.
Bagaimana aku bisa memahami bahwa aku dan dia akan menjadi adik dan kaka.
Semasa
sekolah menengah pertama, aku memang pernah melihat wajahnya. Mungkin pernah sesekali
berkomunikasi melalui sosial media. Seringnya aku melihatnya mengayuh sepeda
dengan semangat saat berangkat sekolah, saat pulang sekolah pun aku selalu
melihatnya di jalan yang sama. Jalan menuju rumahnya dan itu tepat berada di
jalan depan perumahan tempat tinggalku.
Setahun
setelah kelulusannya, aku tidak pernah lagi melihat. Aku bahkan pindah rumah.
Baiklah, aku mulai tidak peduli dengan orang sepertinya. Namun, dia hadir
kembali. Menghadirkan ingatan lamaku. Berawal dengan sosial media.
Tak
lama, dia sering menghubungiku, dia mau mendengarkan ceritaku, dia mau
menemaniku. Sesaat aku berpikir, tak ada salahnya aku mempercayainya tuk
mendengarkan hampir semua ceritaku. Dia mampu menjadi pendengarku. Dia mampu
menjadi kakak yang menasihatiku. Dia menjaga pikiranku agar selalu bahagia,
tersenyum bahkan tertawa.
Aku
masih bingung mengapa Tuhan mengirimkan hadirnya lagi, menjadikan dirinya
seseorang yang aku butuhkan saat aku merasa jatuh, saat aku merasa bahagia. Dia
mampu pahami aku, itu yang aku suka.
8
bulan itu bukan waktu sebentar bagiku, banyak hal berarti saat aku mendapat
semua petuah darinya. Dia memotivasi hidupku. Dia mengenal duniaku. Mungkin
karena memang itulah kelebihannya. Dia hebat. Beruntung aku berada di posisi
seperti ini, selalu di temaninya.
Bulan
itu, dia mendapat tugas sekolah ke salah satu daerah di Bandung. Mungkin
sekitar dua bulan dia menjalaninya. Bulan itu yang aku suka, dia tidak di
samping pacarnya, aku bisa bebas menghubungi, tidak perlu takut kapanpun aku
bisa memintanya menghubungiku. Walau sekedar sms, itu bisa menenangkan
pikiranku. Caranya. Gayanya. Mengalihkan perasaan sedihku menjadi senang,
perasaan senang menjadi kebahagiaan. Kebahagiaan yang sederhana namun sangat
indah.
Kebiasaan
dia mengejekku, selalu aku rindukan itu. Aku tidak pernah marah untuk menjadi
‘dorami’ bagi dia. Karena dia ‘doraemon’ bagiku. Aku tidak pernah marah jika
menjadi ‘bulet’nya karena dia adalah ‘ndut’ bagiku. Aku menyukai hubungan ini.
Mimpi-mimpi.
Aku dan dirinya pernah bercerita mimpi masing-masing, kami memliki mimpi
setinggi mungkin. Aku akan menjadi seorang dokter spesialis yang sukses dan dia
akan menjadi ahli komputer yang hebat. Sekolah yang kami inginkan pun tidak di
ragukan. Aku ingin sekoalh di Universitas Indonesia dan dia ingin melanjutkan
sekolah di Institut Teknologi Bandung. Kami memiliki cita-cita membanggakan
orang tua. Ya, itu kesamaan mimpi kami.
Hampir
setiap hari kami berkomunikasi, saling mengabarkan dan menceritakan hari-hari
dan kejadian yang kami lewati. Senang. Sedih. Kesal. Sahabat. Pacar. Apapun,
siapapun, dan bagaimanapun. Itu indah, aku bahagia. Setiap ucapannya melalui
sms selalu membuatku bahagia, terutama kalimat ‘ade, kaka sayang sama ade’.
Kebahagiaan luar biasa bukan? Aku menyayanginya juga.
Setiap
malam sebelum kami beristirahat, sms-an itu kewajiban. Namun malam itu, satu
malam yang beda. Dia bercerita tentang masa SMP kami. Dia mengatakan satu hal
yang selama ini yang tidak aku ketahui. Entah apa.
Sekian
lama, kami belum pernah bertemu lagi. Kerinduan melihat rupa wajahnya terbesit.
Mungkin aku penasaran dengan posturnya yang kini menjadi lelaki 17 tahun.
Bagaimana bisa aku menebak kalau sekolah kita pun berjauhan.
Bulan
depan akan di adakan sebuah acara besar di sekolah lama kami. Itu kesempatan
bagus, pikirku. Aku bisa bertemu dengannya, dan dia menyanggupi untuk berusaha
datang tanpa kekasihnya. Baiklah, kekasihnya yang super cemburuan itu. Aku menunggu acara itu segera hadir. Tak sabar
melihatnya.
Acara
itu memenuhi sekolah lama kami, banyak alumni yang hadir. Aku tidak bisa
menemukannya di antara banyak orang itu. Aku sulit mengenalinya yang sekarang.
Tapi sesaat aku berdiri, aku melihat dia melewati tanpa menyadariku berdiri
disana, namun aku pikir dia sengaja untuk mengerjaiku, tidak melihatku
misalnya.
Aku
meneriaki panggilanku kepadanya, dia menoleh. Ya, berhasil, kami bertemu saat
itu dan kami mencari tempat aman tanpa menghalangi orang-orang yang sedang
berlalu-lalang. Percakapan kami di mulai. Namun tidak seperti yang di harapkan,
gangguan hadir, kami tidak bisa lama bercakap-cakap bersama. Aku harus segera
menghampiri sahabatku saat itu yang menungguku untuk diantar pulang. Baik, itu
pertemuan singkat.
Perjalanan
hubungan kami memang seperti semakin dekat. Aku sadari, aku ‘dorami’ baginya.
Bagiku juga dia ‘doraemon’ selalu mempunyai alat khusus untuk yang aku
butuhkan. Aku adiknya dan dia kakakku. Aku jelaskan hubungan ini. Aku
menyayanginya sebagai kakakku dan dia menyayangiku sebagai adiknya. Istimewa
bukan?
Kini,
aku di kenalkan dengan sahabat kecilnya, sahabat dekatnya, seseorang yang
mungkin dekat dengannya. Dia mencoba membuatku untuk saling kenal dengan
sahabatnya, namun alhasil aku menganggap sahabatnya sebagai kakakku juga.
Saat
ini, aku mempunyai dua kakak laki-laki yang baik dan menyayangiku. Mereka
selalu ada untukku, mendengarkan ceritaku, memberiku nasihat agar tetap menjadi
anak yang baik. Lucu bukan? Aku menyukai hubungan kami bertiga. Persaudaraan
kami semakin erat karena mereka bersahabat dan merekapun menjadi kakak-kakakku.
Aku tidak pernah menyangka, Tuhan merencanakan hubungan ini, Tuhan menrancang
cerita ini. Aku mengenal mereka tanpa sengaja, aku menjad adik mereka tanpa
rekayasa. Aku tulus.
Persaudaraan
memang bukan sebuah hal yang bisa di buat-buat karena persaudaraan akan hadir
kepada mereka yang tulus saling menyayangi, mengerti, dan apa adanya. Kami
bukan terlahir dari ibu yang sama. Kami bukan satu keluarga. Orang tua kami
tidak ada yang menikah dengan satu sama lain. Namun kami memahami bahwa saling
menjaga, mengarahkan, mengingatkan adalah kewajiban di antara kami.
Mereka
adalah Fachrul dan Husain.
Lucky Club Casino Site Review
BalasHapusLucky Club Casino Site Review · All the latest offers · Luckyclub Casino: · Best Payout Rates · Luckyclub Casino: · Best Live luckyclub Casino: · Best Roulette Site: