Kamis, 15 Mei 2014

UNFORGETABLE

by Cynthia Devni
Sesaat aku tidak menyadari, bahwa dia akan menjadi seseorang dalam hidupku.
            Waktu itu berjalan cepat sekali, waktu tidak pernah merangkak, bagiku waktu berlari. Bagaimana aku bisa memahami bahwa aku dan dia akan menjadi adik dan kaka.
            Semasa sekolah menengah pertama, aku memang pernah melihat wajahnya. Mungkin pernah sesekali berkomunikasi melalui sosial media. Seringnya aku melihatnya mengayuh sepeda dengan semangat saat berangkat sekolah, saat pulang sekolah pun aku selalu melihatnya di jalan yang sama. Jalan menuju rumahnya dan itu tepat berada di jalan depan perumahan tempat tinggalku.
            Setahun setelah kelulusannya, aku tidak pernah lagi melihat. Aku bahkan pindah rumah. Baiklah, aku mulai tidak peduli dengan orang sepertinya. Namun, dia hadir kembali. Menghadirkan ingatan lamaku. Berawal dengan sosial media.
            Tak lama, dia sering menghubungiku, dia mau mendengarkan ceritaku, dia mau menemaniku. Sesaat aku berpikir, tak ada salahnya aku mempercayainya tuk mendengarkan hampir semua ceritaku. Dia mampu menjadi pendengarku. Dia mampu menjadi kakak yang menasihatiku. Dia menjaga pikiranku agar selalu bahagia, tersenyum bahkan tertawa.
            Aku masih bingung mengapa Tuhan mengirimkan hadirnya lagi, menjadikan dirinya seseorang yang aku butuhkan saat aku merasa jatuh, saat aku merasa bahagia. Dia mampu pahami aku, itu yang aku suka.
            8 bulan itu bukan waktu sebentar bagiku, banyak hal berarti saat aku mendapat semua petuah darinya. Dia memotivasi hidupku. Dia mengenal duniaku. Mungkin karena memang itulah kelebihannya. Dia hebat. Beruntung aku berada di posisi seperti ini, selalu di temaninya.
            Bulan itu, dia mendapat tugas sekolah ke salah satu daerah di Bandung. Mungkin sekitar dua bulan dia menjalaninya. Bulan itu yang aku suka, dia tidak di samping pacarnya, aku bisa bebas menghubungi, tidak perlu takut kapanpun aku bisa memintanya menghubungiku. Walau sekedar sms, itu bisa menenangkan pikiranku. Caranya. Gayanya. Mengalihkan perasaan sedihku menjadi senang, perasaan senang menjadi kebahagiaan. Kebahagiaan yang sederhana namun sangat indah.
            Kebiasaan dia mengejekku, selalu aku rindukan itu. Aku tidak pernah marah untuk menjadi ‘dorami’ bagi dia. Karena dia ‘doraemon’ bagiku. Aku tidak pernah marah jika menjadi ‘bulet’nya karena dia adalah ‘ndut’ bagiku. Aku menyukai hubungan ini.
            Mimpi-mimpi. Aku dan dirinya pernah bercerita mimpi masing-masing, kami memliki mimpi setinggi mungkin. Aku akan menjadi seorang dokter spesialis yang sukses dan dia akan menjadi ahli komputer yang hebat. Sekolah yang kami inginkan pun tidak di ragukan. Aku ingin sekoalh di Universitas Indonesia dan dia ingin melanjutkan sekolah di Institut Teknologi Bandung. Kami memiliki cita-cita membanggakan orang tua. Ya, itu kesamaan mimpi kami.
            Hampir setiap hari kami berkomunikasi, saling mengabarkan dan menceritakan hari-hari dan kejadian yang kami lewati. Senang. Sedih. Kesal. Sahabat. Pacar. Apapun, siapapun, dan bagaimanapun. Itu indah, aku bahagia. Setiap ucapannya melalui sms selalu membuatku bahagia, terutama kalimat ‘ade, kaka sayang sama ade’. Kebahagiaan luar biasa bukan? Aku menyayanginya juga.
            Setiap malam sebelum kami beristirahat, sms-an itu kewajiban. Namun malam itu, satu malam yang beda. Dia bercerita tentang masa SMP kami. Dia mengatakan satu hal yang selama ini yang tidak aku ketahui. Entah apa.
            Sekian lama, kami belum pernah bertemu lagi. Kerinduan melihat rupa wajahnya terbesit. Mungkin aku penasaran dengan posturnya yang kini menjadi lelaki 17 tahun. Bagaimana bisa aku menebak kalau sekolah kita pun berjauhan.
            Bulan depan akan di adakan sebuah acara besar di sekolah lama kami. Itu kesempatan bagus, pikirku. Aku bisa bertemu dengannya, dan dia menyanggupi untuk berusaha datang tanpa kekasihnya. Baiklah, kekasihnya yang super cemburuan itu. Aku menunggu acara itu segera hadir. Tak sabar melihatnya.
            Acara itu memenuhi sekolah lama kami, banyak alumni yang hadir. Aku tidak bisa menemukannya di antara banyak orang itu. Aku sulit mengenalinya yang sekarang. Tapi sesaat aku berdiri, aku melihat dia melewati tanpa menyadariku berdiri disana, namun aku pikir dia sengaja untuk mengerjaiku, tidak melihatku misalnya.
            Aku meneriaki panggilanku kepadanya, dia menoleh. Ya, berhasil, kami bertemu saat itu dan kami mencari tempat aman tanpa menghalangi orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Percakapan kami di mulai. Namun tidak seperti yang di harapkan, gangguan hadir, kami tidak bisa lama bercakap-cakap bersama. Aku harus segera menghampiri sahabatku saat itu yang menungguku untuk diantar pulang. Baik, itu pertemuan singkat.
            Perjalanan hubungan kami memang seperti semakin dekat. Aku sadari, aku ‘dorami’ baginya. Bagiku juga dia ‘doraemon’ selalu mempunyai alat khusus untuk yang aku butuhkan. Aku adiknya dan dia kakakku. Aku jelaskan hubungan ini. Aku menyayanginya sebagai kakakku dan dia menyayangiku sebagai adiknya. Istimewa bukan?
            Kini, aku di kenalkan dengan sahabat kecilnya, sahabat dekatnya, seseorang yang mungkin dekat dengannya. Dia mencoba membuatku untuk saling kenal dengan sahabatnya, namun alhasil aku menganggap sahabatnya sebagai kakakku juga.
            Saat ini, aku mempunyai dua kakak laki-laki yang baik dan menyayangiku. Mereka selalu ada untukku, mendengarkan ceritaku, memberiku nasihat agar tetap menjadi anak yang baik. Lucu bukan? Aku menyukai hubungan kami bertiga. Persaudaraan kami semakin erat karena mereka bersahabat dan merekapun menjadi kakak-kakakku. Aku tidak pernah menyangka, Tuhan merencanakan hubungan ini, Tuhan menrancang cerita ini. Aku mengenal mereka tanpa sengaja, aku menjad adik mereka tanpa rekayasa. Aku tulus.
            Persaudaraan memang bukan sebuah hal yang bisa di buat-buat karena persaudaraan akan hadir kepada mereka yang tulus saling menyayangi, mengerti, dan apa adanya. Kami bukan terlahir dari ibu yang sama. Kami bukan satu keluarga. Orang tua kami tidak ada yang menikah dengan satu sama lain. Namun kami memahami bahwa saling menjaga, mengarahkan, mengingatkan adalah kewajiban di antara kami.


            Mereka adalah Fachrul dan Husain.

1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site Review
    Lucky Club Casino Site Review · All the latest offers · Luckyclub Casino: · Best Payout Rates · Luckyclub Casino: · Best Live luckyclub Casino: · Best Roulette Site:

    BalasHapus