Kamis, 15 Mei 2014

TRUE

By Cynthia Devni
            Di dunia ini di ciptakan semua berpasangan. Besar dan kecil, tinggi dan pendek, suka dan duka, bahagia dan luka, senyum dan tangis. Kehidupan tanpa badai tidak mungkin, kehidupan selalu cerah juga tidak mungkin.
***
            Diana. Gadis yang terlahir di keluarga kecil yang saling menyayangi tumbuh dengan kasih sayang kedua orang tuanya yang sangat mencintai dirinya. Papah Adi dan Mamah Eva. Bagi Diana mereka adalah orangtua yang hebat. Diana sangat menyayangi mereka.
            Diana tidak sendiri, ia memiliki adik perempuan yang berbeda 4 tahun lebih muda. Reita, mereka selalu bersama kapanpun dan dimanapun. Seperti sepasang kakak dan adik lainnya, merekapun seringkali bertengkar di kala merebutkan atau mendebatkan sesuatu.
***
            Kehidupan keluarga Diana tak seberuntung keluarga lainnya. Ketika Diana berumur 10 tahun, dirinya sudah ditinggalkan oleh Mamah Eva karena penyakit yang menyerang salah satu organ saraf pusat. Terpukulnya perasaan Diana saat itu membuat Diana dewasa. Pengalaman hidup yang tak pernah bisa dilupakan oleh Diana. Namun, jiwa Diana semakin dewasa, Diana semakin mandiri dan belajar untuk tetap tersenyum bahkan tertawa kembali untuk tetap mewujudkan cita-cita Mamah Eva. Diana selalu berusaha tegar saat melihat teman-temannya yang masih bisa bersama-sama ibunya untuk sekedar membawa raport sekolah atau membeli baju untuk dirinya. Dalam hati kecil Diana, dirinya memiliki rasa iri dan sedih dengan nasibnya itu.
            Suka dan duka yang di hadapi Diana, Reita dan Papah Adi memang dijalani bersama. Berlibur, makan bersama, belanja, atau sekedar berkumpul mereka jalani layaknya keluarga yang lengkap. Papah Adi bukan hanya sebagai ayah bagi Diana dan Reita, tapi sekaligus menjadi seorang ibu dan teman bagi mereka. Perjuangannya, kasih sayang dan pengorbanan yang tidak bisa di ukur dengan setumpuk uang atau emas sekalipun.
            4 tahun kemudian.
            Papah Adi, Diana, dan Reita meninggalkan rumah yang di tinggalinya sejak kepergian Mamah Eva, mereka pindah ke daerah lain yang mampu membangkitkan semangat hidup dan kehidupan mereka yang baru.
            Takdir memang takdir. Tuhan selalu memiliki alasan atas segala kehendaknya yang diberikan kepada manusia. Tak lama tinggal di rumah baru tersebut, Papah Adi mendapatkan teman baru, bernama Tante Nia. Dia tinggal dekat dengan rumah Diana, Tante Nia memiliki dua anak, dan memiliki status yang sama seperti Papah Adi. Dia baik dan perhatian kepada Diana dan Reita. Anak-anak Tante Nia, Ariana dan Genta pun anak-anak yang ramah.
            Papah Adi dan Tante Nia sudah cukup sering mengajak Diana, Reita, Ariana dan Genta untuk bermain atau makan malam bersama. Pertemuan dan kebersamaan tersebut ternyata memiliki tujuan bagi Papah Adi dan Tante Nia, mereka berencana untuk menjadi keluarga bersama dengan menikah. Dengan kasih sayang yang menjadikan mereka satu keluarga.
            Ariana menjadi kakak baru bagi Diana. Ariana berumur 3 tahun lebih tua dari Diana, sikapnya yang dewasa dan perhatian kepada Diana dan Reita. Genta adalah sosok adik laki-laki bagi Diana, walaupun mereka tidak dekat, tapi Diana menyayangi Genta seperti adiknya sendiri.
            Ariana saat itu duduk di bangku akhir SMA dan Diana duduk di bangku akhir SMP. Selesai kelulusan SMA, Ariana yang berpindah keluar kota dan melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri.
***
            Diana yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMA itu memulai hari barunya menjadi seorang gadis dengan seragam putih dan abu-abu. Diana memiliki takdir yang beruntung, dirinya dikelilingi orang-orang yang menyayanginya, seperti sahabatnya sejak 3 tahun sebelumnya, Lia. Mereka bersekolah di tempat yang sama, walau dengan kelas yang berbeda. Sejak SMP mereka sudah dekat, hingga sekarang mereka seringkali berkumpul, les, atau main bersama sekedar untuk saling berbagi cerita, mereka seperti kakak-adik dan uniknya mereka dapat berkomunikasi lewat pandangan seperti memiliki kontak batin diantara mereka. Diana dan Lia merasa mereka bukan sahabat, bahkan seperti seorang saudara yang erat hubungannya.
            Setelah setahun duduk di bangku SMA, Diana mendapatkan kelas IPA yang di cita-citakannya, selain itu Diana mendapat kelas yang sama dengan Lia, sahabatnya. Semakin dekat dengan sahabatnya, Diana semakin yakin, Tuhan sangat menyayanginya dengan berbagai cara unik.
            Jatuh cinta. Diana mulai jatuh cinta dengan teman sekolahnya. Entah bagaimana caranya, Diana jatuh cinta dengan cara yang aneh, karena beberapa kali bertemu temannya dalam mimpi dengan cerita unik. Diana merasa aneh dengan keadaan hatinya setelah sering mendapatkan mimpi itu bahkan saat melihat temannya itu.
            Devon. Teman Diana yang menjadi objek utama dalam pikirannya setiap hari setelah Diana jatuh cinta. Setiap hari bertemu dengan Devon membuat cerah harinya Diana yang semakin mengagumi sikap Devon. Perilakunya yang baik hati dan ramah membuat Diana memikirkan hal itu hanya untuknya. Kedekatan mereka dimulai. Devon yang pernah mengantarnya pulang walaupun rumah mereka tidak satu arah. Devon yang sudah beberapa kali ke rumah Diana namun masih saja salah jalan saat mengatarkan Diana, mereka yang hampir menabrak seorang ibu-ibu saat sepulang sekolah karena Devon yang terlalu mengebut saat membawa Diana pulang di saat hujan. Devon yang mengajarkan Diana beberapa cara untuk melipat berbagai bentuk unik dengan kertas lipat yang selalu dibawa Diana. Devon yang menemani Diana ataupun Diana yang menemani Devon hingga larut walau sekedar saling mengirim pesan singkat. Sederhana, namun membuat Diana menginginkan Devon selalu bersikap itu kepadanya.
            Devon adalah siswa yang memiliki banyak prestasi di sekolah. Banyak siswi di sekolahnya yang menyukai Devon. Lantas hampir setiap hari Diana melihat siswi-siswi yang seringkali disebut-sebut sebagai kekasihnya atau gebetannya. Diana memang yakin Devon tidak memiliki kekasih, tetapi sikap baik dan perhatiannya itu selalu di berikan kepada semua temannya dan itu membuat Diana percaya tentang perasaan gadis-gadis lain yang menyukai Devon.
            Akhirnya, Diana memutuskan untuk menutupi perasaannya itu di depan Devon dan bersikap sewajarnya sebisa dirinya menata hatinya agar Devon tidak mengerti. Sesekali Diana tahu, saat Devon memergoki matanya yang sedang memerhatikan Devon atau terlalu lama menatap matanya saat berbicara. Namun Diana yang memiliki banyak akal, selalu saja mencoba untuk meyakinkan Devon bahwa dimatanya Devon sama seperti dengan teman laki-laki lainnya.
            Jatuh cinta ini membuat Diana semakin ingin menjadi terbaik bagi semua orang yang disayanginya. Diana berusaha mengubah dirinya menjadi lebih baik dalam berbagai bidang, membangkitkan semangatnya dan mengukir prestasi yang membanggakan. Hingga saat mengikuti Ujian Nasional, ia mendapatkan peringkat terbaik Nasional. Diana tak pernah menyesal pernah mengalami jatuh cinta seperti itu, karena membantunya menjadi lebih baik.      
***
            Kelulusan sekolah tiba, cita-cita Diana sebagai Mahasiswi Kedokteran Umum di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik tercapai. Teman-temannya pun tak kalah mendapatkan kesempatan meraih cita-citanya bersekolah di tempat yang diinginkan. Kebanggaan bagi sekolah Diana dengan prestasi yang di capai oleh angkatan Diana yang mendapat hasil Ujian terbaik.
            Menjadi seorang Mahasiswi Kedokteran bukan hal yang mudah bagi Diana. Keadaan yang berbeda dengan saat dirinya di SMA dan perguruan tinggi cukup membuatnya sering kelelahan. Namun hal itu tak menghalanginya untuk terus mencari pengalaman. Saat menjadi mahasiswi kedokteran, ia mengikuti beberapa organisasi, salah satunya organisasi antarperguruan fakultas Kedokteran, ia menjadi salah satu perwakilan dari kampusnya. Berjalan dari hal itu semua, semakin aktif dalam organisasi, Diana menjadi salah satu duta di bidang kesehatan di usia mudanya. Kegigihan dalam berusaha menjadi yang terbaik selalu ingin ditunjukkannya. Hal itu pula yang membuatnya melupakan kisah cintanya kepada Devon, teman semasa sekolahnya dulu.
***
            Pada salah satu acara seminar yang di adakan oleh Universitas ternama di Nusantara, Diana menjadi salah satu pemateri seminar tersebut. Dalam acara tersebut, Diana tak menyadari akan hadirnya seseorang yang sudah tiga tahun yang lalu tak di jumpainya sejak kelulusan SMA.
            Akhir acara tersebut, Diana di hampiri seseorang dengan almamater hijau tua yang merupakan ciri salah satu perguruan tinggi negeri. Kehadirannya mengejutkan Diana. Menyadari orang tersebut berubah di mata Diana, orang tersebut terlihat lebih, menarik pandangan Diana.
            Devon. “Hai.” Sapaan  yang dirindukan Diana sejak kelulusan SMA, tatapan yang di tunggu oleh Diana setiap bertemu dengan berbagai orang, senyuman yang di nantikan Diana setiap kali dirinya melihat foto kenangan semasa sekolah.
            Setelah pertemuan itu, Devon mengajak Diana untuk bernostalgia sejenak dan bertukar cerita selama menjadi seorang mahasiswi dan aktivis nasional. Diana dengan senang hati menerima ajakan Devon.
            Sejak itu, Devon sering menghubungi Diana atau mengunjungi rumah Diana bahkan sesekali berbincang dengan Papah Adi yang mengenal Devon sejak Diana menceritakan Devon kepada ayahnya semasa sekolah. Papah Adi yang usil, menggoda Devon untuk mendekati putrinya, membawa hubungan mereka kelangkah lebih serius karena Papah Adi tahu, Diana dan Devon memang sudah sepantasnya untuk berjalan lebih serius dengan hubungan yang mereka tutupi  satu sama lain sejak masa SMA.
            Akhirnya, Devon mengikuti saran Papah Adi. Diana diajak untuk mengunjungi orang tua Devon dan mendekatkan mereka. Devon memiliki rencana untuk mengajak Diana menjadi teman sejati dalam hidupnya. Diana terkejut saat makan malam bersama di sebuah lesehan favorit mereka, Devon mengatakan ingin melamarnya. Diana tidak bisa memberikan kalimat yang pantas untuk mengungkapkan rasa bahagianya itu.
***
            Setelah menyelesaikan studinya, Devon yang memiliki prestasi membanggakan itu langsung mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah perusahaan ternama. Jabatan yang di miliki Devon saat itu menjanjikan akan kehidupannya, hal itu membuat dirinya yakin untuk melanjutkan hubungan dengan Diana yaitu menikahi gadis yang di sayanginya sejak SMA itu.
            Diana yang masih melanjutkan sekolah kedokteran di sebuah perguruan tinggi dan mengambil jurusan spesialis jantung itupun menyetujui keinginan kekasihnya. Diana sudah merasa sudah cukup bahagia dengan hidupnya ini. Tuhan memberikan kasih sayang teramat banyak baginya, walaupun dirinya pernah kehilangan seorang ibu yang terbaik dalam hidupnya, tetapi Tuhan masih memberikan Papah Adi, Reita, Tante Nia, Ariana, Genta, Lia dan Devon dalam hidupnya serta cita-citanya sebagai dokter tercapai dengan kehendakNya.

            “Terima kasih Tuhan, Engkau MahaAdil dalam segala hal terbaik, Engkau memberikan semua di dunia ini dengan berpasangan. Tanpa pandang apapun, Engkau memberikan hal terindah dalam hidupku. Kasih sayang dari semua orang di sekitarku ini. Terima Kasih, Tuhan...” bisik Diana dalam doanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar