By Cynthia
Devni
Di
dunia ini di ciptakan semua berpasangan. Besar dan kecil, tinggi dan pendek,
suka dan duka, bahagia dan luka, senyum dan tangis. Kehidupan tanpa badai tidak
mungkin, kehidupan selalu cerah juga tidak mungkin.
***
Diana.
Gadis yang terlahir di keluarga kecil yang saling menyayangi tumbuh dengan
kasih sayang kedua orang tuanya yang sangat mencintai dirinya. Papah Adi dan
Mamah Eva. Bagi Diana mereka adalah orangtua yang hebat. Diana sangat
menyayangi mereka.
Diana
tidak sendiri, ia memiliki adik perempuan yang berbeda 4 tahun lebih muda.
Reita, mereka selalu bersama kapanpun dan dimanapun. Seperti sepasang kakak dan
adik lainnya, merekapun seringkali bertengkar di kala merebutkan atau
mendebatkan sesuatu.
***
Kehidupan
keluarga Diana tak seberuntung keluarga lainnya. Ketika Diana berumur 10 tahun,
dirinya sudah ditinggalkan oleh Mamah Eva karena penyakit yang menyerang salah
satu organ saraf pusat. Terpukulnya perasaan Diana saat itu membuat Diana
dewasa. Pengalaman hidup yang tak pernah bisa dilupakan oleh Diana. Namun, jiwa
Diana semakin dewasa, Diana semakin mandiri dan belajar untuk tetap tersenyum
bahkan tertawa kembali untuk tetap mewujudkan cita-cita Mamah Eva. Diana selalu
berusaha tegar saat melihat teman-temannya yang masih bisa bersama-sama ibunya
untuk sekedar membawa raport sekolah atau membeli baju untuk dirinya. Dalam
hati kecil Diana, dirinya memiliki rasa iri dan sedih dengan nasibnya itu.
Suka
dan duka yang di hadapi Diana, Reita dan Papah Adi memang dijalani bersama.
Berlibur, makan bersama, belanja, atau sekedar berkumpul mereka jalani layaknya
keluarga yang lengkap. Papah Adi bukan hanya sebagai ayah bagi Diana dan Reita,
tapi sekaligus menjadi seorang ibu dan teman bagi mereka. Perjuangannya, kasih
sayang dan pengorbanan yang tidak bisa di ukur dengan setumpuk uang atau emas
sekalipun.
4
tahun kemudian.
Papah
Adi, Diana, dan Reita meninggalkan rumah yang di tinggalinya sejak kepergian Mamah
Eva, mereka pindah ke daerah lain yang mampu membangkitkan semangat hidup dan
kehidupan mereka yang baru.
Takdir
memang takdir. Tuhan selalu memiliki alasan atas segala kehendaknya yang
diberikan kepada manusia. Tak lama tinggal di rumah baru tersebut, Papah Adi
mendapatkan teman baru, bernama Tante Nia. Dia tinggal dekat dengan rumah
Diana, Tante Nia memiliki dua anak, dan memiliki status yang sama seperti Papah
Adi. Dia baik dan perhatian kepada Diana dan Reita. Anak-anak Tante Nia, Ariana
dan Genta pun anak-anak yang ramah.
Papah
Adi dan Tante Nia sudah cukup sering mengajak Diana, Reita, Ariana dan Genta
untuk bermain atau makan malam bersama. Pertemuan dan kebersamaan tersebut
ternyata memiliki tujuan bagi Papah Adi dan Tante Nia, mereka berencana untuk
menjadi keluarga bersama dengan menikah. Dengan kasih sayang yang menjadikan
mereka satu keluarga.
Ariana
menjadi kakak baru bagi Diana. Ariana berumur 3 tahun lebih tua dari Diana,
sikapnya yang dewasa dan perhatian kepada Diana dan Reita. Genta adalah sosok
adik laki-laki bagi Diana, walaupun mereka tidak dekat, tapi Diana menyayangi Genta
seperti adiknya sendiri.
Ariana
saat itu duduk di bangku akhir SMA dan Diana duduk di bangku akhir SMP. Selesai
kelulusan SMA, Ariana yang berpindah keluar kota dan melanjutkan sekolah di
perguruan tinggi negeri.
***
Diana
yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMA itu memulai hari barunya menjadi
seorang gadis dengan seragam putih dan abu-abu. Diana memiliki takdir yang
beruntung, dirinya dikelilingi orang-orang yang menyayanginya, seperti
sahabatnya sejak 3 tahun sebelumnya, Lia. Mereka bersekolah di tempat yang
sama, walau dengan kelas yang berbeda. Sejak SMP mereka sudah dekat, hingga
sekarang mereka seringkali berkumpul, les, atau main bersama sekedar untuk saling
berbagi cerita, mereka seperti kakak-adik dan uniknya mereka dapat
berkomunikasi lewat pandangan seperti memiliki kontak batin diantara mereka.
Diana dan Lia merasa mereka bukan sahabat, bahkan seperti seorang saudara yang
erat hubungannya.
Setelah
setahun duduk di bangku SMA, Diana mendapatkan kelas IPA yang di
cita-citakannya, selain itu Diana mendapat kelas yang sama dengan Lia,
sahabatnya. Semakin dekat dengan sahabatnya, Diana semakin yakin, Tuhan sangat
menyayanginya dengan berbagai cara unik.
Jatuh
cinta. Diana mulai jatuh cinta dengan teman sekolahnya. Entah bagaimana
caranya, Diana jatuh cinta dengan cara yang aneh, karena beberapa kali bertemu
temannya dalam mimpi dengan cerita unik. Diana merasa aneh dengan keadaan
hatinya setelah sering mendapatkan mimpi itu bahkan saat melihat temannya itu.
Devon.
Teman Diana yang menjadi objek utama dalam pikirannya setiap hari setelah Diana
jatuh cinta. Setiap hari bertemu dengan Devon membuat cerah harinya Diana yang
semakin mengagumi sikap Devon. Perilakunya yang baik hati dan ramah membuat
Diana memikirkan hal itu hanya untuknya. Kedekatan mereka dimulai. Devon yang
pernah mengantarnya pulang walaupun rumah mereka tidak satu arah. Devon yang
sudah beberapa kali ke rumah Diana namun masih saja salah jalan saat
mengatarkan Diana, mereka yang hampir menabrak seorang ibu-ibu saat sepulang
sekolah karena Devon yang terlalu mengebut saat membawa Diana pulang di saat
hujan. Devon yang mengajarkan Diana beberapa cara untuk melipat berbagai bentuk
unik dengan kertas lipat yang selalu dibawa Diana. Devon yang menemani Diana
ataupun Diana yang menemani Devon hingga larut walau sekedar saling mengirim
pesan singkat. Sederhana, namun membuat Diana menginginkan Devon selalu
bersikap itu kepadanya.
Devon
adalah siswa yang memiliki banyak prestasi di sekolah. Banyak siswi di
sekolahnya yang menyukai Devon. Lantas hampir setiap hari Diana melihat
siswi-siswi yang seringkali disebut-sebut sebagai kekasihnya atau gebetannya. Diana memang yakin Devon
tidak memiliki kekasih, tetapi sikap baik dan perhatiannya itu selalu di
berikan kepada semua temannya dan itu membuat Diana percaya tentang perasaan
gadis-gadis lain yang menyukai Devon.
Akhirnya,
Diana memutuskan untuk menutupi perasaannya itu di depan Devon dan bersikap
sewajarnya sebisa dirinya menata hatinya agar Devon tidak mengerti. Sesekali
Diana tahu, saat Devon memergoki matanya yang sedang memerhatikan Devon atau
terlalu lama menatap matanya saat berbicara. Namun Diana yang memiliki banyak
akal, selalu saja mencoba untuk meyakinkan Devon bahwa dimatanya Devon sama
seperti dengan teman laki-laki lainnya.
Jatuh
cinta ini membuat Diana semakin ingin menjadi terbaik bagi semua orang yang
disayanginya. Diana berusaha mengubah dirinya menjadi lebih baik dalam berbagai
bidang, membangkitkan semangatnya dan mengukir prestasi yang membanggakan.
Hingga saat mengikuti Ujian Nasional, ia mendapatkan peringkat terbaik Nasional.
Diana tak pernah menyesal pernah mengalami jatuh cinta seperti itu, karena
membantunya menjadi lebih baik.
***
Kelulusan
sekolah tiba, cita-cita Diana sebagai Mahasiswi Kedokteran Umum di salah satu
perguruan tinggi negeri terbaik tercapai. Teman-temannya pun tak kalah
mendapatkan kesempatan meraih cita-citanya bersekolah di tempat yang diinginkan.
Kebanggaan bagi sekolah Diana dengan prestasi yang di capai oleh angkatan Diana
yang mendapat hasil Ujian terbaik.
Menjadi
seorang Mahasiswi Kedokteran bukan hal yang mudah bagi Diana. Keadaan yang
berbeda dengan saat dirinya di SMA dan perguruan tinggi cukup membuatnya sering
kelelahan. Namun hal itu tak menghalanginya untuk terus mencari pengalaman.
Saat menjadi mahasiswi kedokteran, ia mengikuti beberapa organisasi, salah
satunya organisasi antarperguruan fakultas Kedokteran, ia menjadi salah satu
perwakilan dari kampusnya. Berjalan dari hal itu semua, semakin aktif dalam
organisasi, Diana menjadi salah satu duta di bidang kesehatan di usia mudanya.
Kegigihan dalam berusaha menjadi yang terbaik selalu ingin ditunjukkannya. Hal
itu pula yang membuatnya melupakan kisah cintanya kepada Devon, teman semasa
sekolahnya dulu.
***
Pada
salah satu acara seminar yang di adakan oleh Universitas ternama di Nusantara,
Diana menjadi salah satu pemateri seminar tersebut. Dalam acara tersebut, Diana
tak menyadari akan hadirnya seseorang yang sudah tiga tahun yang lalu tak di
jumpainya sejak kelulusan SMA.
Akhir
acara tersebut, Diana di hampiri seseorang dengan almamater hijau tua yang
merupakan ciri salah satu perguruan tinggi negeri. Kehadirannya mengejutkan
Diana. Menyadari orang tersebut berubah di mata Diana, orang tersebut terlihat
lebih, menarik pandangan Diana.
Devon.
“Hai.” Sapaan yang dirindukan Diana
sejak kelulusan SMA, tatapan yang di tunggu oleh Diana setiap bertemu dengan
berbagai orang, senyuman yang di nantikan Diana setiap kali dirinya melihat
foto kenangan semasa sekolah.
Setelah
pertemuan itu, Devon mengajak Diana untuk bernostalgia sejenak dan bertukar
cerita selama menjadi seorang mahasiswi dan aktivis nasional. Diana dengan
senang hati menerima ajakan Devon.
Sejak
itu, Devon sering menghubungi Diana atau mengunjungi rumah Diana bahkan
sesekali berbincang dengan Papah Adi yang mengenal Devon sejak Diana
menceritakan Devon kepada ayahnya semasa sekolah. Papah Adi yang usil, menggoda
Devon untuk mendekati putrinya, membawa hubungan mereka kelangkah lebih serius
karena Papah Adi tahu, Diana dan Devon memang sudah sepantasnya untuk berjalan
lebih serius dengan hubungan yang mereka tutupi satu sama lain sejak masa SMA.
Akhirnya,
Devon mengikuti saran Papah Adi. Diana diajak untuk mengunjungi orang tua Devon
dan mendekatkan mereka. Devon memiliki rencana untuk mengajak Diana menjadi
teman sejati dalam hidupnya. Diana terkejut saat makan malam bersama di sebuah
lesehan favorit mereka, Devon mengatakan ingin melamarnya. Diana tidak bisa
memberikan kalimat yang pantas untuk mengungkapkan rasa bahagianya itu.
***
Setelah
menyelesaikan studinya, Devon yang memiliki prestasi membanggakan itu langsung
mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah perusahaan ternama. Jabatan yang di
miliki Devon saat itu menjanjikan akan kehidupannya, hal itu membuat dirinya
yakin untuk melanjutkan hubungan dengan Diana yaitu menikahi gadis yang di
sayanginya sejak SMA itu.
Diana
yang masih melanjutkan sekolah kedokteran di sebuah perguruan tinggi dan
mengambil jurusan spesialis jantung itupun menyetujui keinginan kekasihnya.
Diana sudah merasa sudah cukup bahagia dengan hidupnya ini. Tuhan memberikan
kasih sayang teramat banyak baginya, walaupun dirinya pernah kehilangan seorang
ibu yang terbaik dalam hidupnya, tetapi Tuhan masih memberikan Papah Adi,
Reita, Tante Nia, Ariana, Genta, Lia dan Devon dalam hidupnya serta
cita-citanya sebagai dokter tercapai dengan kehendakNya.
“Terima
kasih Tuhan, Engkau MahaAdil dalam segala hal terbaik, Engkau memberikan semua
di dunia ini dengan berpasangan. Tanpa pandang apapun, Engkau memberikan hal
terindah dalam hidupku. Kasih sayang dari semua orang di sekitarku ini. Terima
Kasih, Tuhan...” bisik Diana dalam doanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar