Kamis, 15 Mei 2014

Mereka Orang yang Aku Sayang


Sahabat yang selalu ada untuk kita dikala kita sedih maupun senang, dikala semua menjauh hanya sahabat yang mendekat dan dikala kita menangis sahabat mampu membuat kesedihan menjadi senyuman ketegaran.
Naomi, gadis yang selalu bercerita tentang kehidupan dirinya kepada sahabat dekatnya, Ishida. Naomi dan Ishida sudah berteman sejak mereka duduk di kelas 1 sekolah menengah pertama. Di kelas, mereka duduk di kursi yang bersebelahan, mereka belajar bersama, bermain bersama, dan hampir begitu setiap harinya. Naomi menganggap Ishida bukan hanya sahabatnya tetapi sebagai kakak yang selalu membuat dia merasa telindungi oleh perhatian dan seluruh sikap Ishida.
“Ya udah mi, kamu jangan sedih gitu dong, aku udah bilang kan, jangan sedih gitu! Meskipun nilai kamu jelek seperti itu karena salah kamu yang selalu “twitter-an” mulu tiap hari bahkan sampai saat makan. Terima akibatnya deh nih.” Ujar Ishida saat menenangkan Naomi yang menangis semenjak pulang sekolah tadi.
“Iya bawel, aku tau kok, makanya aku nyesel banget nih.” Jawab Naomi dengan suara yang serak karena masih saja menangis.
“Sampai kapan kamu akan menangisi semuanya Naomi?  Nih minum dulu, supaya tangisan kamu ga terus-terusan buat aku pusing nih.” Ishida memberikan segelas air putih kepada Naomi dan melanjutkan ocehannya, “Agar kamu tidak sedih lagi, lebih baik sekarang kita jalan-jalan, terus kita lihat novel-novel baru di toko buku. Setuju?”
“Oke! Kita pergi sekarang.” Naomi langsung bersemangat dengan ajakan Ishida. Seharian itu Naomi memang benar-benar melepaskan rasa sedihnya sampai dirinya kembali tertawa dan tersenyum kembali.
***
Saat hari sudah gelap dan jam tangan digital Naomi menggambarkan angka 18:45. Dirinya sudah sampai dirumah dan langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ia sudah kembali riang seperti biasanya.
Sesaat dia menghapus senyumnya dan mengerutkan kening. Suasana dirumahnya sangat sepi bahkan gelap, masih banyak lampu yang belum dinyalakan di setiap sudut rumah padahal hari sudah malam. Ia heran dengan keadaan yang terjadi karena tidak seperti biasanya keluarga Naomi pulang lebih dari waktu magrib apa lagi tidak mengabarkan dirinya dahulu.
Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengeluarkan handphone-nya  dan menekan nomor kontak seseorang. Suara tanda tersambung sudah terdengar dan tiba-tiba, “Assalamualaikum?” suara itu berasal dari speaker handphone Naomi.
“Walaikumsalam. Halo? Mama? Kenapa belum pulang mah? Mama papa dimana?” pertanyaan Naomi begitu banyak akan suasana sepi dirumahnya.
“Iya iya sayang maaf ya mama papa sama adik-adikmu lagi ke rumah tante Fiska dulu sayang. Nanti jam 9 juga pulang kok.”
“Yaaaaaah mama kok ga ngajak kaka sih? Kaka jadi sendiri dirumah. Ya sudah deh kaka jaga rumah aja, kaka capek, jadi sepertinya tidak akan menyusul mama dan lainnya kesana. Ya mah?”
“Iya sayang.”
Klik. Telepon dimatikan. Sepi menyergapi seluruh ruangan, tapi rasa lelahnya pun tidak mengalahkan menyergap seluruh jiwa dan raga Naomi. Setelah menyalakan semua lampu dirumah dan menutup jendela, Naomi langsung masuk ke kamarnya dan ingin segera tidur.
“aaaaaaaaaaaaaa ternyata hari ini cukup melelahkan.”
Setelah bersiap-siap untuk tidur, dia menyalakan handphone-nya untuk mendengarkan lagu-lagu favoritnya. Suara dari handphone-nya itu terdengar cukup kencang, banyak lagu yang sudah terputar melalui gadget-nya itu. Namun tiba-tiba handphone-nya mati, dia terkejut, dan melihat ternyata baterai handphone-nya mati.
Saat dia akan mengisi baterai handphone-nya, tanpa ia duga semua ruangan mati, semua gelap dan tidak terlihat.
“Oh sial, kenapa harus mati lampu sih lagi home alone gini.”
Perasaan takut menghampirinya, apa yang harus dia lakukan sekarang, terakhir ia melihat jam dinding di kamarnya pukul 20.30 dan itu berarti masih satu jam ia harus menunggu keluarganya datang.
“Ah sebentar lagi juga mereka pulang, sebaiknya aku lebih bersabar menunggu mereka.”
Beberapa menit ia menunggu ia hanya bisa diam sambil memeluk kakinya sendiri duduk di atas kasurnya. Kamarnya begitu gelap dan membuat dia merasa mulai bosan dan kesal menunggu.
“Lama banget deh mereka ini. Apa mereka ga ingat ke aku?” gerutu Naomi tidak henti.
Naomi terus menunggu sampai akhirnya ia tertidur. Sesaat ia bangun, ternyata lampunya sudah menyala dan ia bergegas melihat jam, ternyata sudah pukul 11 malam. Dirinya langsung keluar kamar untuk mencari apa keluarganya sudah dirumah atau belum. Ternyata rumah masih terlihat sepi seperti sore tadi.
“Ya ampun, bener-bener deh mereka jam segini belum pulang. Apa mereka menginap? Ah tidak, aku tidak mau sendirian dirumah.”
Tanpa berpikir lama, dia langsung mencoba untuk menelpon orang tuanya namun tidak berhasil. Akhirnya dia mencoba menunggu di ruang keluarga sambil menonton tv.
Jarum jam diruangan itu sudah  menunjukan pukul  11 lewat 40 menit, tapi keluarganya tak kunjung pulang atau memberinya kabar. Naomi merasa kesal dan semakin kesal akan kejadian malam ini.
***
Tut.
Semua lampu dan sambungan listrik mati. Naomi merasa kekesalannya sudah mulai memuncak. Ia mulai marah-marah sendiri dan kesedihan terasa menyarang di benaknya. Dia berpikir semua orang tidak peduli padanya.
Sesaat lampu menyala dan terdengar suara.
“Kejutaaaaaaaaaaan!! Selamat ulang tahun Naomi sayang, maaf papa dan mama membuatmu kesal, kami tidak bermaksud jahat tetapi kami ingin memberimu kejutan ini sayang.” Ujar papa Naomi
“Naomiiiiiii, selamat ulang tahun sahabatku.” Ishida mengucapkan selamat kepada Naomi dan langsung memeluknya erat. “Semoga kamu semakin bisa dewasa ya cantik.” Lanjut Ishida.
“Terima kasih ya pah, mah, Ishida, dan teman-teman. Kalian baik banget ke aku. Aku sayang kalian.”
Suasana rumah saat itu berubah dratis menjadi ramai dan penuh canda tawa. Naomi pun merasa sangat bahagia dengan kejadian malam itu membuat kesan yang istimewa. Naomi bersyukur memiliki keluarga dan sahabat yang peduli kepadanya. Seandainya tuhan mengambil semua yang di milikinya itu entah apa yang akan dia lakukan selain menangis. Naomi sayang sekali kepada mereka.
***
Acara malam itu selesai, teman-teman Naomi pulang, sedangkan Ishida berencana menginap dirumah Naomi malam ini.
Betapa bahagianya hari itu setelah mendapatkan kejutan dari keluarganya dan teman-temannya itu.
“Ishida makasih ya kamu udah ikut ngasih kejutan. Aku bakalan ga nyangka bakal kayak gini, soalnya aku aja lupa nih sama ulang tahun aku.” Ujar Naomi sambil terkekeh mengingat kejadian tadi.
“Iya, aku seneng lihat kamu bisa tertawa dan senyum bebas lagi. Aku ga mau liat kamu nangis kayak tadi siang lagi ya dan kamu harus bisa berubah lebih baik lagi ya Naomi.” Jawab Ishida
“Iya dong”
“udah ah, kita tidur sekarang. Besok kan hari sabtu, jadi kita weekend-an terus kamu traktir aku. Setuju yah?”
“Baiklah.” Jawab Ishida, lalu dia langsung bersiap tidur.
Malam itu menjadi sangat bermakna bagi Naomi yang sudah menginjak 14 tahun. Semua itu tidak akan dilupakannya begitu saja.

“Naomi sayang mama, papa, keluarga, dan Ishida.” gumam Naomi sebelum dirinya pejamkan mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar